Pernahkah Anda membayangkan hidup dengan serba keterbatasan? Kisah seorang individu dari pinggiran Jakarta ini mungkin bisa membuka mata kita tentang arti kemiskinan yang sesungguhnya.
Masa Kecil Tanpa Uang Saku
Sejak kecil, dia sudah akrab dengan kehidupan sederhana. Tidak ada uang saku dari orang tua karena keadaan ekonomi yang sulit. Bahkan ketika penjual es tong-tong lewat di depan rumahnya, keinginan kecil untuk menikmati es tersebut harus dikubur karena orang tuanya tak punya Rp500.
Baju Baru Hanya di Hari Raya
Kebutuhan pakaian juga menjadi tantangan. Dia hanya mendapatkan baju baru setahun sekali, yaitu saat Lebaran. Selain itu, pakaian sehari-hari berasal dari pemberian saudara atau teman. Bahkan pakaian dalam yang diterimanya terkadang merupakan sumbangan, dan dia menerimanya dengan lapang dada.
Belum Pernah Merasakan Kemewahan
Hal-hal yang mungkin dianggap biasa oleh sebagian orang, seperti naik pesawat atau menonton film di bioskop, menjadi hal yang tak terjangkau baginya. Bukan karena tidak ingin, tetapi karena hidupnya dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Restoran Cepat Saji yang Tak Pernah Dicicipi
Restoran cepat saji seperti McDonald’s, Burger King, atau Pizza Hut adalah sesuatu yang hanya bisa dia lihat dari luar. Makan di warteg sudah menjadi bentuk kebahagiaan tersendiri baginya.
Gaya Hidup Hemat
Ketika kuliah, dia memilih menggunakan sepeda onthel sebagai alat transportasi, sementara teman-temannya mengendarai motor atau mobil. Parfum hanya digunakan pada acara penting, dengan satu botol bisa bertahan hingga enam bulan. Bagi dia, hemat bukan sekadar kebiasaan, melainkan keharusan.
Orang Tua Penerima Zakat Fitrah
Orang tuanya merupakan penerima zakat fitrah setiap tahun. Namun, mereka belum pernah menerima bantuan dari program pemerintah seperti KIS, KIP, Raskin, atau PKH. Meski hidup serba terbatas, mereka tetap berusaha mandiri dan tidak bergantung pada bantuan tersebut.
Bertahan dengan Rp20 Ribu Sehari
Pernah mencoba hidup dengan Rp20 ribu sehari di Jakarta, dia merasakan betapa sulitnya bertahan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), angka tersebut dianggap cukup untuk tidak masuk kategori miskin. Namun, kenyataan di lapangan sangat berbeda. Untuk makan saja sudah menjadi tantangan besar.
Meme yang Menyentil Realita
Di media sosial, ada banyak meme lucu tentang “seberapa miskin kamu.” Contohnya adalah menunggu es batu mencair untuk mendapatkan air dingin gratis atau makan nasi dengan kerupuk agar kenyang. Bagi sebagian orang, ini mungkin sekadar lelucon, tetapi bagi dia, meme itu mencerminkan kehidupan sehari-harinya.
Pelajaran Berharga
Kisah hidupnya mengajarkan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Dia selalu berusaha bersyukur dan tetap berjuang menjalani hidup. Mungkin suatu hari nanti dia akan merasakan naik pesawat atau makan di restoran cepat saji, tetapi untuk sekarang, dia menikmati apa yang ada dan terus melangkah maju.
Penutup
Kisah ini bukan hanya tentang kemiskinan, tetapi juga tentang bagaimana seseorang bisa bertahan di tengah keterbatasan dengan tetap bersyukur. Pertanyaannya, apakah kita sudah cukup bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini? Hidup adalah soal perspektif, dan dari kisah ini, kita belajar untuk lebih menghargai setiap hal kecil dalam hidup.
Komentar